Kamis, 08 Juni 2017

CONTOH PROPOSAL KUALITATIF

STRATEGI GURU AGAMA DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1-A  PADA PELAJARAN BTQ
Penelitian Tindakan Kelas di DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  Tahun Pelajaran 2017


A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membentuk kepribadian manusia yang sempurna dan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Disanalah setiap ind1-Aidu akan menerima stimulus untuk menempuh masa depannya yang lebih cerah melalui pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal maupun non formal.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dikatakan bahwa:
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar  pendidikaformayang  dapat  dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Dalam pendidikan formal, kita tahu bahwa guru sebagai administrator harus dapat menyelenggarakan program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang menyangkut kelancaran jalannya pendidikan adalah merupakan tanggunjawab guru. Sebagaimana dalam manajemen kelas, guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan proses pembelajaran dengan sebaik- baiknya, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Guru merupakan tenaga pendidik yang sangat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran di sekolah. Oleh karenanya, guru harus mempunyai kemampuan dalam segala hal untuk membawa siswa-siswanya mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan. Karena sebenarnya tidak ada anak didik yang tidak bisa dididik, yang ada hanyalah seorang guru yang tidak bisa mendidik, dan tidak ada guru yang tidak bisa mendidik, yang ada hanyalah Kepala Sekolah yang tidak bisa membina.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, gur diharapka mempunya beberapa   strategi   pembelajara yan bisa menggugah siswa untuk belajar dengan enak dan menyenangkan. Sehingga tidak terkesan guru hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya tanpa memperhatikan kemampuan dari tiap-tiap siswanya itu.
Dengan demikian, pendidikan akan berjalan sesuai dengan tujuan nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang 1945 yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa". Untuk itu pembangunan pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasilbertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebasemangat  kebangsaan.  Dengademikiaakatercipta  sebuah bangsa yang maju engan warga negara yang berpendidikan.
Melihat akan hal itu semua, maka untuk memperoleh tujuan pendidikan yang optimal diperlukan adanya suatu strategi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Penggunaan beberapa strategi, seorang guru harus menguasai berbagai metode penyampaian materi yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima. Karena dari beberapa  materi yandisampaikan,  kemampuan anadidiakan berbeda dalam menerimanya. Oleh karena itu, guru harus pandai dalam memilih dan mempergunakan strategi yang akan dipergunakannya.
Untuk menentukan strategi apakah yang akan digunakan, maka diperlukan patokayang  bersumber  darbeberapa  faktor.  Faktor  utama  yang menentukan suatu strategi adalah tujuan utama dalam pembelajaran yang ingin dicapai. Hakikat tujuan inilah yang dipakai oleh guru sebagai petunjuk untuk memilih satu atau serangkaian strategi yang efektif.
DTA. Al-Inshof  MC. Barat merupakan satu-satunya DTA. di Kaduagung Timur  yang cukup diminati siswa SD atau MI untuk masuk di  dalamnya.  Hal  itu  terjadi  karena  selain  memang  satu-satunya  DTA.  di MC. Barat Rangkasbitung,, dari hasil wawancara dengan beberapa guru DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  banyak menghasilkan out put prestasi siswa yang kurang baik (rendah prestasi) walaupun tidak terlalu parah.
Supaya menghasilkan out put yang cukup baik itu ditentukan oleh sistem pembelajaran yang baik pula.  Pada aspek rendahnya prestasi siswa, di antaranya disebabkan oleh guru yang kurang mengusai kelas sehingga masih banyak murid ketika belajar ngobrol dengan teman sebangku. 
Kalau dilihat dari beberapa faktor yang ada, DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur   masih  bisa  dikatakan  pendidikan  yang  tidak  favorit  dibandingkan dengan DTA. lainnya yang sudah favorit. Hal itu terlihat dari beberapa faktor yang masih belum memadahi di DTA. Al-Inshof  MC. Barat Rangkasbitung, di antaranya belum memiliki perangkat IT pendidikan seperti media pembelajaran berupa proyektor dan peralatan lainnya Akan tetapi faktor- faktor lain sudah cukup memadahi yaitu faktor guru, faktor Kepala Sekolah, guru BP, lingkungan, TU dan lainnya. Tetapi ada satu hal yang cukup menarik sekali bagi peneliti untuk mengkajinya yaitu faktor strategi pengajaran yang diterapkan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, sehingga bisa menghasilkan output yang cukup baik. Untuk itu perlu adanya berbagai penelitian harus dilakukan untuk meningkatkan output yang lebih baik.  Oleh sebab itu, penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan menjadi salah satu solusi.
Dalam  proses  belajar  mengajar,  seorang  guru  tidak   hanya  harus memakai satu macam strategi saja, akan tetapi memakai beberapa rangkaian strategi yang saling mendorong terhadap efektifnya pembelajaran. Tapi yang jelas dari setiap strategi yang ada, mempunyai batas-batas kebaikan dan kelemahan bukan hanya pada materi pelajaran tertentu, tetapi juga terhadap situasi tertentu. Oleh karena itu, maka faktor situasi juga menentukan efektif tidaknya suatu strategi.
Dengan demikian mudahlah dimengerti betapa pentingnya kedudukan strategi guru  serta  peranannya  yang  sangat  menentukan  dalam  proses  belajar mengajar di sekolah. Jadi keberhasilan seorang guru dalam proses pendidikan harus ditunjang dengan strategi pendidikan yang digunakan.
Allah juga menegaskan dalam al-Qur'an surat an-Najm ayat 39-41 yang berbunyi:
Artinya : "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (QS. An-Najm: 39-41)

Ayat  tersebut memberikan gambaran,  bahwa  untuk  memperoleh  tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, maka anak didik harus aktif dalam proses belajar mengajar dan seorang guru diharapkan bisa menciptakan proses belajar yang baik dengan beberapa strategi yang bisa menimbulkan gairah dan semangat anak didik untuk belajar dengan baik.
Dari uraian di atas, maka peneliti menemukan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
1.    Para siswa di DTA. Al-Inshof  outputnya masih memiliki prestasi yang rendah
2.    Dalam proses belajar mengajar beberapa guru di DTA. Al-Inshof  belum mengusai kelas secara sempurna
3.    Banyak siswa ketika belajar kurang memperhatikan pelajaran
4.    Dalam proses pembelajan yang dilakukan di DTA. kurang efektif  karena tidak didukung perangkat media pembelajaran berbasis IT
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk menindaklanjuti dengan menuangkannya pada skripsi yang berjudul “Strategi Guru Agama Dalam Proses Belajar Mengajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1-A  Pada Pelajaran BTQ”  (Penelitian Tindakan Kelas di DTA. Al-Inshof Kaduagung Timur  Tahun Pelajaran 2016)

B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana prestasi belajar siswa kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ?
2.    Bagaimana strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ?
3.    Apakah strategi guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa  kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ?

C.      Tujuan Penelitian
  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ
2.   Untuk mengetahui strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas    1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ
3.   Untuk mengetahui strategi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa  kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ.



D.  Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan setelah melakukan penelitian dan dapat memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut:
1.   Kegunaan Teoritis
a.        Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan dibidang strategi belajar pada  ilmu tarbiyah.
b.        Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan dalam pelaksanaan pembelajaran BTQdan memberikan mot1-Aasi siswa kedepan.
2.     Kegunaan Praktis
a.       Bagi siswa
Memberi informasi tentang pentingnya pelajaran BTQ untuk senantiasa selalu ditingkatkan pada aspek prestasinya.
b.      Bagi guru
Sebagai renungan instropeksi diri, sehingga kesadaran untuk meningkatkan kemampuanya dalam bidang strategi belajar dan menjaga agar lebih mengarahkan dan memot1-Aasi siswa untuk lebih giat dalam belajar serta menekankan pada siswa tentang ajaran al-Qur’an dan Hadis
c.       Bagi kepala sekolah
Sebagai motivator dengan memberikan pengarahan dan bimbingan bagi guru untuk lebih meningkatkan kemampuanya dalam hal mengajar sehingga melahirkan generasi yang benar-benar berkualitas dan menekankan kesadaran dan keyakinan pada diri siswa untuk meningkatkan kegiatan belajarnya yang sesuai dengan ajaran agama islam sehingga siswa yakin dengan kemampuanya yang dimilikinya.
d.      Bagi peneliti lain
Agar ada penelitian yang lebih lanjut untuk mengungkapkan strategi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas agar lebih ditingkatkan.

D.      Kerangka Pemikiran
Masalah strategi atau proses belajar mengajar  harus melibatkan berbagai personil sekolah secara keseluruhan, khususnya guru yang secara langsung membimbing siswa-siswi di suatu lembaga pendidikan, dan juga harus tersedia sarana dan prasarana pendidikan ini agar benar-benar menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif.
Sedangkan prestasi belajar siswa adalah dorongan atau kemauan yang muncul dalam diri siswa untuk melakukan akt1-Aitas belajarnya dengan giat sehingga mendapat kepuasan/ganjaran diakhir kegiatan belajarnya dan agar kualitas hasil belajar siswa juga memungkinkannya dapat diwujudkan serta tercapai tujuannya yaitu memiliki prestasi tinggi di sekolah, memiliki pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dapat dibanggakan.
Oleh karena itu dalam suatu proses belajar mengajar, model dan metode menjadi sarana pendidikan yang harus ada. Tanpa strategi pendidikan, suatu proses belajar mengajar tidak akan mencapai tujuan yang maksimal dan dengan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan secara langsung dan tidak langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, maka guru harus dapat mencari segala bentuk metode pendidikan yang ada dengan seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Dengan demikian, jika strategi pembelajaran dalam proses pelaksanaan pendidikan yang dilakukan dengan tepat dan seoptimal mungkin, maka siswa akan memiliki mot1-Aasi yang tinggi untuk belajar dengan sungguh-sungguh sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tabel  
Kerangka Berpikir

Strategi Guru

Prestasi Belajar
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan
3.      Tindak Lanjut
4.      Pemecahan Masalah 
1.      Kognitif
2.      Afektif
3.      Psikomotorik


E.   Metode Penelitian
1.      Metode Pendekatan
Dalam melaksanakan sebuah penelitian diperlukan adanya metode atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan penelitianSyaifuddiAzwar mengatakabahwa penelitiamerupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.  Dari ungkapan ini dapat diambil suatu pengertian bahwa sebuah penelitian dilaksanakan untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalah   sert memberikan   alternati bag kemungkina yan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dalam memperoleh pengetahuan. Yang dalam hal ini tentang strategi pendidikan seperti yang telah disebutkan dalam tujuan penelitian di atas.[1] 
Penelitian kualitatif merupakan penelitian  untuk  mengungkapkan  gejala  secara  holistik konstekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci (Key Instrument). Dengan menggunakan pendekatan ini, maka peneliti akan lebih mudah dalam memahami makna yang mendasari tingkah laku partisipan dan mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks dari partisipan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang bersifat deskriptif  berupa kata-kata tertulis. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena dalam melakukan tindakan kepada obyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap makna; yakni makna dari proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan hasil belajar melalui tindakan yang dilakukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam yakni: menggunakan latar alamiah, Bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil,  induktif dan makna merupakan hal yang esensial.[2]
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research).  Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu bisa dimaknai dengan suatu proses di mana melalui proses ini dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.[3]
Secara singkat Classroom Action Research didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktekpraktek pembelajaran di kelas secara professional.
Hopkins dalam Rochiati Wiriaatmaja mengartikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. [4]
Rapoport mengartikan penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. [5]
Sedangkan menurut T. Raka Joni penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dan tindakantindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. [6]
Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dan pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. [7]
PTK memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)        Masalah penelitian diangkat dan permasalahan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru.
b)        Ada tidakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
c)        Ada perbedaan keadaan sebelum dilakukan PTK dan sesudah dilakukan tindakan-tindakan.
d)       Guru berperan sebagai peneliti, sedangkan peran pihak luar adalah kecil, atau guru sebagai partner penelitian lain, misalnya dosen. Dalam hal yang disebutkan terakhir ini, PTK dilaksanakan secara kolaboratif. [8]
Sejalan dengan itu, Suyanto juga menyatakan bahwa karakteristik penting dari penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah bahwasanya problema yang diangkat untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru, dan karakteristik khas dan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajarmengajar di kelas. [9]
Sedangkan FX. Soedarsono menyebutkan karakteristik dari PTK adalah:[10] Situasional, artinya berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru dan siswa.
a)        Kontekstual, artinya upaya pemecahan yang berupa model dan prosedur tindakan tidak lepas dari konteksnya, mungkin konteks budaya, sosial politik, dan ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung.
b)        Kolaboratif, partisipasi antara guru-siswa dan mungkin asisten atau teknisi yang terkait membantu proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin dicapai.
c)        Self-reflect1-Ae dan self-evaluat1-Ae. Pelaksana, pelaku tindakan, serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi din terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai. Modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang mereka lakukan.
d)        Fleksibel, dalam arti pemberian sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah. Misalnya, tidak perlu adanya prosedur sampling, alat pengumpul data yang lebih bersifat informal, sekalipun dimungkinkan dipakainya instrumen formal sebagaimana dalam penelitianeksperimental.
Ada dua tujuan utama yang dapat dicapai dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
a)        Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah.
b)        Menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. [11]
Borg menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama dalam penelitian tindakan ialah pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya sendiri.[12] 
2.      Spesifikasi Penelitian
Adapun Spesifikasi Rancangan atau desain penelitian tindakan kelas merupakan suatu rencana penelitian yang amat berbeda dari rancangan jenis penelitian yang lain. Dapat dikatakan bahwa rancangan  PTK merupakan pengembangan dan atau penggabungan dari unsur-unsur tertentu dari berbagai jenis rancangan penelitian. Keempat langkah esensial PTK tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan harus ada dalam setiap PTK.
Beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penjelasan untuk masing-masing tahap sebagai berikut.[13]
a.   Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan kelas yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjekt1-Aitas hasil pengamat serta mutu kecermatan.  Sederhana, pengamatan yang dilakukan untuk diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding orang lain yang mengamati diri kita. Hal tersebut disebabkan unsur objektifitas yang berpengaruh. Jika mengamati diri sendiri, subjektifitas cenderung mengunggulkan diri sendiri.
b.   Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah arena penelitian. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap pelaksanaan, guru sebagai pelaksana harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam tahap pertama (perencanaan), berlaku wajar, dan tidak dibuat-buat. Dalam reflekasi nantinya, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan.
c.  Tahap Pengamatan
Sebetulnya pengamatan dalam pelaksanaan tindakan kelas seharusnya dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Namun yang menjadi masalah, ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan tahap pelaksanaan, tentu sulit untuk menyempatkan diri menganalisis peristiwa yang sedang terjadi dalam bentuk pengamatan. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat. Dalam beberapa penelitian perseorangan, pengamat adalah peneliti itu sendiri. Sebutan tahap pelaksanaan diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat Model seperti ini, tentunya hasil dari penelitian tergantung kesadaran peneliti. Guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini sebaiknya melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
d.   Tahap Refleksi
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah “refleksi” dari kata bahasa Inggris reflection, yang berarti pemantulan. Kegiatan refleksi ini dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti atau jika statusnya juga sebagai peneliti untuk merefleksi implementasi rancangan tindakan.  Guru/ peneliti pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada penelitian yang baru saja diamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan kelas. Ketika guru pelaku tindakan mengungkapkan hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik, dan kalau belum, bagian mana yang belum.  Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan “bentuk tindakan” sebagaimana disebutkan dalam uraian pengertian penelitian tindakan kelas, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal.

Tabel Tahapan PTK
 









Siklus PTK menurut Kurt Lewin
3.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan beberapa cara dalam mendapatkan data, di antaranya :
a.  Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti. Metode observasi dalam penelitian perlu adanya faktor-faktor yang diperhatikan yaitu bagaimana cara beradaptasi dengan seseorang untuk memperlancar hasil penelitian yang dikehendaki.[14]
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan atau pengamatan berperan serta artinya, penelitian terjun langsung terhadasegala aspek  latar  kehidupan sehari-hari subyek,  untuk  itu  perlu kiranya dalam penelitiamembuacatatan lapangan yang  memuahal-hal sebagai berikut :
1)        Pada hal pertama berisi waktu (tanggal dan jam) dilakukan pengamatan dan penyusunan catatan lapangan tempat pengamatan, dan penyusunan judul informasi.
2)        Bagian deskripsi berisi tentang gambaran diri subyek konstruksi dialog, diskripsi dilatar fisik, gambaran kegiatan dalam prilaku peneliti sebagai pengamat.
3)        Refleksi, spekulasi, perasaan, ide, prasangka, gagasan dan rencana selanjutnya tertuang dalam komentar pengamat.

b.        Wawancara / Interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan terwawancarai. Terdapat dua macam wawancara yaitu wawancara terstuktur dan tidak terstruktur. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data berupa keterangan secara lisan dan sumber data.[15]  Pada penilitian ini penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah DTA Al-Inshof  MC. Barat dan guru Prorgam studi lembaga tersebut. Serta informan yang dimungkinkan dapat membantu dalam mengumpulan data.
Interview adalah suatu acara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah)Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan latar belakang sekolah, lokasi sekolah dan status sekolah serta lainnya.[16]
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dan wawancara berstruktur. Wawancara terbuka maksudnya adalah mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.  Berstruktur maksudnya adalah wawancara untuk pengumpulan data pengalaman hidup ind1-Aidu, wawancara dengan bentuk geneologis, yang akan dibicarakan  seksi  dan  bab  lain  di  bawah  dan  waktunya  tidak  cukup  dua sampai tiga puluhan kali kunjungan
Penggunaan  teknik  wawancara  ditempuh  melalui  proses  berikut  : Peneliti  menggunakan  penyusunan  pokok-pokok  pertanyaatetap berdasarkan  kepada  pedoman  wawancara  yang  teladisususebelumnya, oleh karena itu peneliti harus mampu menempatkan sesuatu terhadap dirinya sebagai instrumen.
c.         Dokumentasi
Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu, dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya menumental dari orang lain, seperti biografi, peraturan, kebijakan, foto film dan sebagainya. Metode dokumentasi ini tidak kalah penting dengan metode observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dan hasil dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam penelitian ini penulis mengumpulan data-data yang diperlukan yang terkait dengan permasalahan.[17]

4.      Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul perlu dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian, yang di dalam penelitian tindakan kelas analisis dilakukan sejak awal dan mencakup setiap aspek kegiatan penelitian. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan perbandingan data, serta diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut mempunyai makna menjawab masalah dan bermanfaat untuk meguji  hipotesis. [18]
Setelah data di susun dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisis, perlu pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut. Berdasarkan analisis dan penafsiran yang dibuat, perlu ditarik kesimpulan-kesimpulan yang berguna,serta implikasi-implikasi dan saran-saran untuk kebijakan selanjutnya.
Dalam melakukan analisis data, peneliti melakukan reduksi data, display data, kesimpulan sementara dan verifikasi. Dalam proses reduksi data bahan-bahan yang sudah terkumpul dianalisis, disusun secara sistematis dan ditonjolkan pokok-pokok persoalannya.  Tidak ketinggalan peneliti mengecak keabsahan data, menurut Moleong yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: [19]
a.    Mendemonstrasikan nilai yang benar
b.    Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan
c.    Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dan temuan dan keputusan-keputusannya.
Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong yaitu: Ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan Referensial.  Adapun langkahnya sebagai berikut :[20]
a.    Penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjutnya dapat diperoleh deskripsi-deskripsi hasil yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan.
b.    Triangulasi digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data.[21] Dalam kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan data, yaitu:
1)   Triangulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal ini, metode dan teknik pegambilan data digunakan untuk mendapatkan data dan menentukan keabsahan data
2)   Triangulasi data dengan pengecekan yang dibantu oleh guru kolaborator, serta pihak-pihak lain yang memahami penelitian ini.
c.    Penyajian data dengan kecukupan referensi dilakukan dengan membaca dan menelaah sumber-sumber data dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar diperoleh pemahaman yang memadai.

5.      Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di DTA. Al-Inshof  dengan alamat Kp. Hegarmanah RT/RW: 03/03 Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Provinsi Banten. 

F.       Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I mengenai pendahuluan, yang berisi sub bab pembahasan yang di antaranya: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.
Bab II mengangkat pembahasan mengenai kajian pustaka, pada bab ini akan membahas tentang : Teori Strategi, guru dan ruang lingkupnya, konsep meningkatkan, prestasi siswa dan BTQ.
Bab III mengulas tentang metode penelitian, yang di dalamnya berisi sub bab sebagai berikut : metode pendekatan, spesifikasi penelitian, teknik pengumpulan data, metode analisis data dan istrumen penelitian.
Bab IV pada skripsi ini berisi pokok pembahasan dan hasil penelitian, di antaranya mengenai, prestasi belajar siswa kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ, strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ, strategi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa  kelas 1-A  DTA. Al-Inshof  Kaduagung Timur  pada mata pelajaran BTQ dan Hasil penelitian serta temuan.
Bab V pada skripsi ini berisi tenang kesimpulan, yang memuat tentang, hasil penelitian dan saran-saran.
.

DAFTAR  PUSTAKA


Ali,  Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,  Bandung :  Sinar Baru Algensindo, 2002.
Anwar, Evaluasi Pembelajaran dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Arifin,   M.,   Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Arikunto,  Suharsimi.    Manajemen Penelitian,  Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, 1990.
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,  Jakarta: Bumi Aksara. 1991
Darajat,  Zakiyah,  et. al,    Ilmu Pendidikan Islam,  Jakarta:  Bumi Aksara, 2000
Depag RI.    Al-Quran Dan Terjemahannya,  Surabaya,  Al-Hidayah, 2014.
Dimyati,  dan Mudjiono.  Belajar Dan Pembelajaran,  Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Djamarah,  Syaiful  Bahri,  Dan  Zain,  Aswan. Strategi  Belajar  MengajarJakarta :Rineka Cipta, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri.  Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta :  Rineka Cipta, 2000.
Gorys Keraf,  Komposisi, Jakarta : Penerbit Nusa Indah, 1994.
Hamza. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007.
Hasibuan,  JJ.    Proses Belajar Mengajar , Bandung : Remadja Roesda Karya, 2004.
Ibrahim, dan Saodih, Nana. Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 1996.
Kasihani Kasbolah, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdikbud 2010.
Keraf Gorys Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa,   Flores :NTT, Nusa Indah, 1997.
Koentjoroningrat.  ,  Metode-Metode Penelitian Masyarkat,  Jakarta,  Gramedia Pustaka Utama. (1997)
M  Dahlan. Kamus  Ilmiah  Populer, Surabaya :  Arkola, 2003.
Moeleong,   Lexy J  Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung :   Remaja Roesda Karya, 2009.
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Nasution,  Metodologi Research Penelitian Ilmia , Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Nata,  Abuddin. Manajemen Pendidikan, Jakarta,  Fajar Interpratama. 2001
Pophan, W James, dan Baker, Eva L.Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta, Rineka Cipta. 2003.
Purwanto,  Ngalim,  MP.  Ilmu Pendidikan  Teoritis Dan  Praktis,  Bandung, Remaja Rosydakarya. 2002.
Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Sagala,.  Syaiful.    Konsep Dan Makna Pembelajaran,  Bandung,  Alfabeta. 2002.
SJ Drost J Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan Jakarta, Gramedia Widia Sarana Indonesia. 2009
Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001.
Sudjana Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung,   Sinar Baru Algensindo. 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2010.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 1993.
Surakhmad, Winarto. Pengantar  Interaksi  Belajar-Mengajar, Bandung, Tarsito. 2006.
Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas :Bagian Ke Satu Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas  (classroom action research) ,Yogyakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,BP3GSDN, 1997.
Usman  dan  Asnawir, Basyiruddin,  Media  Pembelajaran, Jakarta, Intermasa. 2002.
Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remadja Roesda Karya.(2004)
UU RI No 20 Thn.2003 Tentang Sisdiknas Beserta Penjelasannya,  Bandung,  Cinta Umbara.
Wahid Murni. Dkk, Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Wijaya. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Indek , 2011.
Yusuf,  Tayar,  Dan Aswar,  Syaiful. Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab,  Jakarta,  Raja Grafindo Persada. 1995.
Zaenal.  Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: Stain Pekalongan Press. 2013
Zuhairini,  et.al.    Metodologi Pendidikan Agama, Solo, Ramadhani.1993.





[1] Anwar, Evaluasi Pembelajaran dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 11.
[2] Wahid Murni. Dkk, Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik), (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 7
[3] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001), h. 31.
[4] Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.11
[5] Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.12
[6] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001), h. 17
[7] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001), h. 17.
[8] Kasihani Kasbolah, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Depdikbud 2010), h.17.
[9] Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas :Bagian Ke Satu Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas  (classroom action research) ,Yogyakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,BP3GSDN, 1997), h. 5-6.
[10] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001), h. 14.
[11] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001), h. 5.
[12] Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas :Bagian Ke Satu Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas  (classroom action research) ,Yogyakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,BP3GSDN, 1997), h.  5-6
[13] Wijaya. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: PT Indek , 2011), h.  25-36.
[14] Gorys Keraf,  Komposisi (Jakarta : Nusa Indah, 1994), h. 162.  Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/bezoebefro/komposisi-karya-prof-dr-gorys-keraf_55004898a333112f755104fa
[15] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h. 186
[16] Gorys Keraf,  Komposisi (Jakarta : Penerbit Nusa Indah, 1994), h. 161.
[17] Nasution,  Metodologi Research Penelitian Ilmia , (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.143. ; Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), h. 120.
[18] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 92
[19] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h.320.
[20] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h.175.
[21] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h.178.