STRATEGI GURU AGAMA DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR
MENGAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS 1-A PADA PELAJARAN BTQ
Penelitian Tindakan Kelas di DTA. Al-Inshof Kaduagung Timur Tahun
Pelajaran 2017
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor
penting dalam membentuk kepribadian
manusia yang sempurna dan
sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Disanalah setiap ind1-Aidu akan menerima stimulus untuk
menempuh masa depannya yang lebih cerah melalui pendidikan, baik itu
pendidikan formal, informal maupun non formal.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dikatakan bahwa:
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan. Sedangkan
pendidikan nonformal
adalah jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Dalam pendidikan formal, kita tahu bahwa guru sebagai
administrator
harus dapat menyelenggarakan program
pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai
aspek yang menyangkut kelancaran jalannya pendidikan adalah
merupakan tanggung jawab guru. Sebagaimana dalam manajemen kelas, guru sebagai
pendidik harus mampu menciptakan proses pembelajaran dengan sebaik-
baiknya, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Guru merupakan tenaga pendidik yang sangat menentukan berhasil
tidaknya proses pembelajaran
di
sekolah. Oleh karenanya, guru harus mempunyai kemampuan dalam segala hal untuk membawa siswa-siswanya mencapai tujuan
dan
hasil yang diinginkan. Karena sebenarnya tidak ada anak didik yang tidak
bisa dididik, yang ada hanyalah seorang guru yang tidak bisa mendidik, dan
tidak ada
guru
yang tidak bisa mendidik, yang ada hanyalah Kepala
Sekolah yang tidak bisa membina.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, guru diharapkan mempunyai beberapa strategi pembelajaran yang bisa menggugah siswa untuk belajar dengan
enak dan menyenangkan. Sehingga tidak
terkesan guru hanya bisa menyampaikan materi
pelajaran kepada siswanya tanpa
memperhatikan
kemampuan
dari tiap-tiap siswanya itu.
Dengan demikian,
pendidikan akan berjalan sesuai
dengan
tujuan nasional yang telah
digariskan
dalam Undang-Undang 1945 yaitu
"Mencerdaskan kehidupan
bangsa". Untuk itu
pembangunan pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila bertujuan untuk
meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan
dan
keterampilan mempertinggi
budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan. Dengan demikian akan tercipta sebuah bangsa yang maju engan warga negara yang berpendidikan.
Melihat akan hal itu semua, maka untuk memperoleh tujuan pendidikan
yang optimal diperlukan adanya suatu strategi guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Penggunaan beberapa
strategi, seorang guru harus menguasai
berbagai metode penyampaian materi
yang tepat dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan materi yang diajarkan dan
kemampuan
anak didik yang menerima. Karena dari beberapa
materi yang disampaikan,
kemampuan anak didik akan berbeda dalam menerimanya. Oleh karena itu, guru harus pandai
dalam memilih dan mempergunakan strategi yang akan dipergunakannya.
Untuk menentukan strategi apakah yang akan digunakan, maka
diperlukan patokan yang
bersumber dari beberapa
faktor.
Faktor utama
yang menentukan suatu strategi adalah tujuan utama dalam pembelajaran yang ingin
dicapai. Hakikat tujuan inilah yang dipakai
oleh guru sebagai petunjuk untuk
memilih satu atau serangkaian strategi yang efektif.
DTA. Al-Inshof MC.
Barat merupakan satu-satunya DTA. di Kaduagung
Timur yang cukup
diminati siswa SD atau MI untuk masuk di dalamnya.
Hal itu terjadi karena selain
memang satu-satunya DTA.
di MC.
Barat Rangkasbitung,, dari hasil
wawancara dengan beberapa guru DTA. Al-Inshof
Kaduagung Timur banyak menghasilkan out put prestasi siswa yang kurang baik (rendah prestasi) walaupun tidak terlalu
parah.
Supaya
menghasilkan out put yang cukup baik itu ditentukan oleh sistem
pembelajaran
yang baik pula.
Pada aspek rendahnya prestasi siswa, di antaranya disebabkan oleh guru yang
kurang mengusai kelas sehingga masih banyak murid ketika belajar ngobrol dengan
teman sebangku.
Kalau dilihat dari beberapa faktor yang ada, DTA. Al-Inshof Kaduagung Timur masih bisa dikatakan pendidikan
yang tidak
favorit
dibandingkan dengan DTA. lainnya yang sudah favorit. Hal itu terlihat dari beberapa faktor yang
masih belum memadahi di
DTA. Al-Inshof MC. Barat Rangkasbitung, di antaranya
belum memiliki perangkat IT pendidikan seperti media pembelajaran berupa
proyektor dan peralatan lainnya Akan tetapi
faktor- faktor lain sudah
cukup memadahi yaitu faktor guru, faktor Kepala Sekolah, guru
BP, lingkungan, TU dan lainnya. Tetapi
ada
satu hal yang cukup menarik sekali bagi peneliti untuk mengkajinya yaitu faktor strategi
pengajaran yang diterapkan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, sehingga bisa menghasilkan output yang cukup baik.
Untuk itu perlu adanya berbagai penelitian harus dilakukan untuk meningkatkan
output yang lebih baik. Oleh sebab itu,
penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan menjadi salah satu solusi.
Dalam proses belajar mengajar,
seorang
guru tidak hanya
harus memakai satu macam strategi saja, akan
tetapi memakai beberapa rangkaian
strategi yang saling mendorong terhadap efektifnya pembelajaran. Tapi yang jelas
dari
setiap strategi yang ada, mempunyai batas-batas kebaikan dan
kelemahan
bukan hanya pada materi pelajaran
tertentu, tetapi juga terhadap situasi tertentu.
Oleh karena itu, maka faktor situasi juga menentukan
efektif tidaknya suatu
strategi.
Dengan demikian mudahlah dimengerti
betapa pentingnya kedudukan strategi guru serta peranannya yang
sangat
menentukan
dalam proses belajar mengajar di sekolah. Jadi keberhasilan seorang guru dalam proses pendidikan harus
ditunjang dengan strategi pendidikan yang digunakan.
Allah juga menegaskan dalam al-Qur'an surat an-Najm ayat 39-41 yang berbunyi:
Artinya : "Dan
bahwasanya seorang
manusia
tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak
akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian
akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna. (QS. An-Najm: 39-41)
Ayat
tersebut memberikan gambaran, bahwa untuk
memperoleh
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, maka anak didik harus aktif dalam proses belajar mengajar dan seorang guru diharapkan bisa menciptakan
proses belajar yang baik dengan beberapa strategi yang bisa menimbulkan
gairah
dan semangat anak didik untuk belajar dengan baik.
Dari uraian di atas, maka peneliti menemukan beberapa pokok masalah
sebagai berikut :
1.
Para siswa di DTA. Al-Inshof
outputnya masih memiliki prestasi yang
rendah
2.
Dalam proses belajar
mengajar beberapa guru di DTA. Al-Inshof belum mengusai kelas secara sempurna
3.
Banyak siswa ketika belajar
kurang memperhatikan pelajaran
4. Dalam proses pembelajan yang dilakukan di DTA. kurang efektif karena tidak didukung perangkat media
pembelajaran berbasis IT
Berdasarkan
hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk menindaklanjuti dengan
menuangkannya pada skripsi yang berjudul “Strategi Guru
Agama Dalam Proses Belajar
Mengajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Kelas 1-A Pada Pelajaran BTQ” (Penelitian Tindakan Kelas
di DTA. Al-Inshof
Kaduagung Timur Tahun Pelajaran 2016)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
prestasi belajar siswa kelas 1-A DTA. Al-Inshof
Kaduagung Timur pada mata pelajaran BTQ?
2. Bagaimana
strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas 1-A DTA. Al-Inshof Kaduagung Timur pada mata pelajaran BTQ?
3. Apakah
strategi guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1-A
DTA. Al-Inshof Kaduagung
Timur pada mata pelajaran BTQ?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui prestasi belajar siswa kelas 1-A
DTA. Al-Inshof Kaduagung
Timur pada mata pelajaran BTQ
2. Untuk
mengetahui strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas 1-A DTA.
Al-Inshof Kaduagung Timur pada mata pelajaran BTQ
3. Untuk
mengetahui strategi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1-A
DTA. Al-Inshof Kaduagung
Timur pada mata pelajaran BTQ.
D.
Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini
diharapkan setelah melakukan penelitian dan dapat memberikan manfaat atau
kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan
dibidang strategi belajar pada ilmu
tarbiyah.
b.
Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan
dalam pelaksanaan pembelajaran BTQdan
memberikan mot1-Aasi siswa kedepan.
2. Kegunaan Praktis
a.
Bagi
siswa
Memberi informasi tentang pentingnya pelajaran BTQ untuk
senantiasa selalu ditingkatkan pada aspek prestasinya.
b.
Bagi
guru
Sebagai renungan instropeksi diri, sehingga kesadaran
untuk meningkatkan kemampuanya dalam bidang strategi belajar dan menjaga agar
lebih mengarahkan dan memot1-Aasi siswa untuk lebih giat dalam belajar serta
menekankan pada siswa tentang ajaran al-Qur’an dan Hadis
c.
Bagi
kepala sekolah
Sebagai motivator dengan memberikan pengarahan dan
bimbingan bagi guru untuk lebih meningkatkan kemampuanya dalam hal mengajar
sehingga melahirkan generasi yang benar-benar berkualitas dan menekankan
kesadaran dan keyakinan pada diri siswa untuk meningkatkan kegiatan belajarnya
yang sesuai dengan ajaran agama islam sehingga siswa yakin dengan kemampuanya
yang dimilikinya.
d.
Bagi
peneliti lain
Agar ada penelitian yang lebih lanjut
untuk mengungkapkan strategi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas agar
lebih ditingkatkan.
D. Kerangka Pemikiran
Masalah
strategi atau proses belajar mengajar
harus melibatkan berbagai personil sekolah secara keseluruhan, khususnya
guru yang secara langsung membimbing siswa-siswi di suatu lembaga pendidikan,
dan juga harus tersedia sarana dan prasarana pendidikan ini agar benar-benar
menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif.
Sedangkan
prestasi belajar siswa adalah dorongan atau kemauan yang muncul dalam diri
siswa untuk melakukan akt1-Aitas belajarnya dengan giat sehingga mendapat
kepuasan/ganjaran diakhir kegiatan belajarnya dan agar kualitas hasil belajar
siswa juga memungkinkannya dapat diwujudkan serta tercapai tujuannya yaitu
memiliki prestasi tinggi di sekolah, memiliki pengetahuan, keterampilan maupun
pengalaman yang dapat dibanggakan.
Oleh
karena itu dalam suatu proses belajar mengajar, model dan metode menjadi sarana
pendidikan yang harus ada. Tanpa strategi pendidikan, suatu proses belajar
mengajar tidak akan mencapai tujuan yang maksimal dan dengan tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan secara langsung dan tidak langsung digunakan dalam
proses belajar mengajar, maka guru harus dapat mencari segala bentuk metode
pendidikan yang ada dengan seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Dengan
demikian, jika strategi pembelajaran dalam proses pelaksanaan pendidikan yang
dilakukan dengan tepat dan seoptimal mungkin, maka siswa akan memiliki mot1-Aasi
yang tinggi untuk belajar dengan sungguh-sungguh sehingga proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tabel
Kerangka Berpikir
Strategi Guru
|
|
Prestasi Belajar
|
1. Perencanaan
2.
Pelaksanaan
3. Tindak Lanjut
4. Pemecahan Masalah
|
|
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik
|
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Dalam melaksanakan
sebuah penelitian diperlukan adanya metode atau
cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian. Syaifuddin Azwar mengatakan bahwa penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.
Dari ungkapan ini dapat diambil suatu pengertian bahwa sebuah
penelitian dilaksanakan untuk mencari
penjelasan dan jawaban
terhadap
permasalah serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat
digunakan untuk pemecahan masalah dalam memperoleh pengetahuan. Yang
dalam hal ini tentang strategi
pendidikan seperti yang telah disebutkan dalam
tujuan penelitian di atas.[1]
Penelitian
kualitatif merupakan
penelitian untuk
mengungkapkan
gejala
secara holistik konstekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan
diri peneliti sebagai instrumen kunci (Key Instrument).
Dengan menggunakan pendekatan ini, maka peneliti akan lebih mudah
dalam memahami makna yang mendasari tingkah laku partisipan
dan mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks
dari partisipan.
Berdasarkan definisi
tersebut dapat diketahui bahwa penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis.
Pendekatan kualitatif ini digunakan karena dalam melakukan
tindakan kepada obyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap
makna; yakni makna dari proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi,
kegairahan dan hasil belajar melalui tindakan yang dilakukan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada
lima macam yakni: menggunakan latar alamiah, Bersifat deskriptif, lebih
mementingkan proses dari pada hasil,
induktif dan makna merupakan hal yang esensial.[2]
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research). Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu bisa
dimaknai dengan suatu proses di mana melalui proses ini dosen dan mahasiswa
menginginkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang
lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.[3]
Secara singkat Classroom Action Research didefinisikan
sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktekpraktek pembelajaran di kelas secara professional.
Hopkins dalam Rochiati
Wiriaatmaja mengartikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. [4]
Rapoport mengartikan
penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara
praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian
tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati
bersama. [5]
Sedangkan menurut T.
Raka Joni penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dan tindakantindakan yang dilakukannya itu, serta untuk
memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut
dilakukan. [6]
Secara ringkas,
penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dan
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. [7]
PTK memiliki
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain.
Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a)
Masalah penelitian
diangkat dan permasalahan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru.
b)
Ada tidakan-tindakan
tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.
c)
Ada perbedaan keadaan
sebelum dilakukan PTK dan sesudah dilakukan tindakan-tindakan.
d)
Guru berperan sebagai
peneliti, sedangkan peran pihak luar adalah kecil, atau guru sebagai partner penelitian lain, misalnya dosen.
Dalam hal yang disebutkan terakhir ini, PTK dilaksanakan secara kolaboratif. [8]
Sejalan dengan itu, Suyanto juga menyatakan
bahwa karakteristik penting dari penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) adalah bahwasanya problema yang
diangkat untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) harus selalu
berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh
guru, dan karakteristik khas dan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya
tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajarmengajar di
kelas. [9]
Sedangkan FX.
Soedarsono menyebutkan karakteristik dari PTK adalah:[10] Situasional, artinya berkaitan langsung
dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru dan siswa.
a)
Kontekstual, artinya upaya
pemecahan yang berupa model dan prosedur tindakan tidak lepas dari konteksnya,
mungkin konteks budaya, sosial politik, dan ekonomi di mana proses pembelajaran
berlangsung.
b)
Kolaboratif, partisipasi antara
guru-siswa dan mungkin asisten atau teknisi yang terkait membantu proses
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin
dicapai.
c)
Self-reflect1-Ae dan self-evaluat1-Ae. Pelaksana, pelaku
tindakan, serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi din
terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai. Modifikasi perubahan yang dilakukan
didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang mereka lakukan.
d)
Fleksibel, dalam arti pemberian
sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah.
Misalnya, tidak perlu adanya prosedur sampling, alat pengumpul data yang lebih
bersifat informal, sekalipun dimungkinkan dipakainya instrumen formal
sebagaimana dalam penelitianeksperimental.
Ada dua tujuan utama
yang dapat dicapai dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
a)
Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan
ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah.
b)
Menemukan model dan
prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang
mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. [11]
Borg menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan
utama dalam penelitian tindakan ialah pengembangan keterampilan guru
berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru di
kelasnya sendiri.[12]
2. Spesifikasi Penelitian
Adapun Spesifikasi Rancangan atau desain
penelitian tindakan kelas merupakan suatu rencana penelitian yang amat berbeda
dari rancangan jenis penelitian yang lain. Dapat dikatakan bahwa rancangan PTK merupakan pengembangan dan atau
penggabungan dari unsur-unsur tertentu dari berbagai jenis rancangan
penelitian. Keempat langkah esensial PTK tersebut merupakan suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan, dan harus ada dalam setiap PTK.
Beberapa
ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas, namun secara garis
besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penjelasan untuk masing-masing tahap
sebagai berikut.[13]
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan kelas yang ideal sebetulnya
dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak
yang mengamati proses jalannya tindakan. Cara ini dikatakan ideal karena adanya
upaya untuk mengurangi unsur subjekt1-Aitas hasil pengamat serta mutu
kecermatan. Sederhana, pengamatan yang
dilakukan untuk diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding orang lain yang
mengamati diri kita. Hal tersebut disebabkan unsur objektifitas yang
berpengaruh. Jika mengamati diri sendiri, subjektifitas cenderung mengunggulkan
diri sendiri.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah implementasi
atau penerapan isi rancangan di dalam kancah arena penelitian. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa dalam tahap pelaksanaan, guru sebagai pelaksana harus
ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam tahap pertama
(perencanaan), berlaku wajar, dan tidak dibuat-buat. Dalam reflekasi nantinya,
keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan.
c. Tahap Pengamatan
Sebetulnya pengamatan dalam
pelaksanaan tindakan kelas seharusnya dilakukan pada waktu tindakan sedang
dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Namun yang menjadi
masalah, ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan tahap pelaksanaan,
tentu sulit untuk menyempatkan diri menganalisis peristiwa yang sedang terjadi
dalam bentuk pengamatan. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat. Dalam
beberapa penelitian perseorangan, pengamat adalah peneliti itu sendiri. Sebutan
tahap pelaksanaan diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang
berstatus juga sebagai pengamat Model seperti ini, tentunya hasil dari
penelitian tergantung kesadaran peneliti. Guru pelaksana yang berstatus sebagai
pengamat ini sebaiknya melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi
ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini guru
pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi.
d. Tahap Refleksi
Tahap ini merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah “refleksi” dari kata
bahasa Inggris reflection, yang berarti pemantulan. Kegiatan refleksi
ini dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti atau jika statusnya juga sebagai peneliti untuk
merefleksi implementasi rancangan tindakan.
Guru/ peneliti pelaksana sedang memantulkan pengalamannya pada
penelitian yang baru saja diamati kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari
penelitian tindakan kelas. Ketika guru pelaku tindakan mengungkapkan hal-hal
yang dirasakan sudah berjalan baik, dan kalau belum, bagian mana yang
belum. Apabila guru pelaksana juga
berstatus sebagai pengamat, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri.
Dengan kata lain guru tersebut melihat dirinya kembali, melakukan “dialog” untuk
menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai
dengan rancangan dan mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Keempat
tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk
sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan
rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila
dikaitkan dengan “bentuk tindakan” sebagaimana disebutkan dalam uraian
pengertian penelitian tindakan kelas, maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan
adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah
merupakan kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan
kembali ke asal.
Tabel Tahapan PTK
Siklus PTK menurut Kurt Lewin
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan
data penelitian, penulis menggunakan beberapa cara dalam mendapatkan data, di
antaranya :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu
obyek yang akan
diteliti. Metode observasi dalam
penelitian
perlu adanya faktor-faktor yang
diperhatikan yaitu bagaimana cara beradaptasi dengan seseorang untuk
memperlancar hasil penelitian yang dikehendaki.[14]
Teknik observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan atau pengamatan berperan serta artinya, penelitian
terjun langsung terhadap segala aspek
latar
kehidupan sehari-hari subyek,
untuk
itu perlu
kiranya dalam penelitian membuat catatan lapangan yang memuat hal-hal
sebagai berikut :
1)
Pada hal pertama berisi waktu (tanggal dan jam) dilakukan pengamatan dan
penyusunan
catatan lapangan
tempat pengamatan, dan penyusunan
judul informasi.
2)
Bagian deskripsi berisi tentang gambaran diri subyek konstruksi dialog,
diskripsi
dilatar fisik, gambaran kegiatan dalam prilaku peneliti
sebagai pengamat.
3)
Refleksi, spekulasi, perasaan, ide, prasangka, gagasan dan
rencana selanjutnya tertuang dalam komentar pengamat.
b.
Wawancara / Interview
Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara dan terwawancarai. Terdapat dua macam wawancara yaitu wawancara
terstuktur dan tidak terstruktur. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan data berupa keterangan secara lisan dan sumber data.[15] Pada penilitian ini penulis mengadakan
wawancara dengan kepala sekolah DTA Al-Inshof MC. Barat dan guru Prorgam studi lembaga
tersebut. Serta informan yang dimungkinkan dapat membantu dalam mengumpulan
data.
Interview adalah suatu acara untuk
mengumpulkan
data dengan
mengajukan
pertanyaan langsung
kepada seorang informan atau
seorang
autoritas (seorang ahli
atau yang berwenang dalam
suatu masalah). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan
dengan
latar belakang sekolah, lokasi sekolah dan status sekolah serta lainnya.[16]
Dalam
penelitian ini
teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dan wawancara berstruktur. Wawancara terbuka maksudnya adalah mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian
secara lisan dari seorang responden dengan
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Berstruktur maksudnya adalah wawancara untuk pengumpulan data pengalaman hidup ind1-Aidu, wawancara dengan bentuk geneologis, yang akan dibicarakan
seksi dan bab lain
di
bawah dan waktunya
tidak cukup
dua sampai tiga puluhan kali kunjungan.
Penggunaan
teknik wawancara ditempuh melalui proses
berikut
:
Peneliti
menggunakan penyusunan pokok-pokok pertanyaan tetap berdasarkan
kepada pedoman wawancara
yang telah disusun sebelumnya, oleh
karena itu peneliti harus mampu menempatkan sesuatu terhadap dirinya
sebagai instrumen.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah merupakan catatan
peristiwa yang telah lalu, dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya
menumental dari orang lain, seperti biografi, peraturan, kebijakan, foto film
dan sebagainya. Metode dokumentasi ini tidak kalah penting dengan metode
observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dan hasil dokumentasi dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam
penelitian ini penulis mengumpulan data-data yang diperlukan yang terkait
dengan permasalahan.[17]
4. Metode Analisis Data
Data yang telah
terkumpul perlu dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian, yang di dalam
penelitian tindakan kelas analisis dilakukan sejak awal dan mencakup setiap
aspek kegiatan penelitian. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu
data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok,
diadakan kategorisasi, dilakukan perbandingan data, serta diperas sedemikian
rupa, sehingga data tersebut mempunyai makna menjawab masalah dan bermanfaat
untuk meguji hipotesis. [18]
Setelah data di susun
dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisis, perlu
pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang
terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian
tersebut. Berdasarkan analisis dan penafsiran yang dibuat, perlu ditarik
kesimpulan-kesimpulan yang berguna,serta implikasi-implikasi dan saran-saran
untuk kebijakan selanjutnya.
Dalam melakukan
analisis data, peneliti melakukan reduksi data, display data, kesimpulan
sementara dan verifikasi. Dalam proses reduksi data bahan-bahan yang sudah
terkumpul dianalisis, disusun secara sistematis dan ditonjolkan pokok-pokok
persoalannya. Tidak ketinggalan peneliti
mengecak keabsahan data, menurut Moleong yang dimaksud dengan keabsahan data
adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: [19]
a.
Mendemonstrasikan
nilai yang benar
b.
Menyediakan dasar agar
hal itu dapat diterapkan, dan
c.
Memperbolehkan
keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan
kenetralan dan temuan dan keputusan-keputusannya.
Dalam penelitian ini,
untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik sebagaimana yang dikemukakan
oleh Moleong yaitu: Ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan
Referensial. Adapun langkahnya sebagai berikut :[20]
a. Penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengamatan
dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data
penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjutnya
dapat diperoleh deskripsi-deskripsi hasil yang akurat dalam proses perincian
maupun penyimpulan.
b. Triangulasi digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau pembanding data.[21] Dalam
kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan data,
yaitu:
1) Triangulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal
ini, metode dan teknik pegambilan data digunakan untuk mendapatkan data dan
menentukan keabsahan data
2)
Triangulasi data
dengan pengecekan yang dibantu oleh guru kolaborator, serta pihak-pihak lain
yang memahami penelitian ini.
c.
Penyajian data dengan
kecukupan referensi dilakukan dengan membaca dan menelaah sumber-sumber data
dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang
agar diperoleh pemahaman yang memadai.
5. Lokasi Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis mengambil lokasi di DTA. Al-Inshof dengan alamat Kp. Hegarmanah RT/RW: 03/03 Desa
Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten
Lebak Provinsi Banten.
F.
Sistematika
Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I mengenai pendahuluan, yang berisi sub bab
pembahasan yang di antaranya: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.
Bab II mengangkat pembahasan mengenai kajian
pustaka, pada bab ini akan membahas tentang : Teori Strategi, guru dan ruang
lingkupnya, konsep meningkatkan, prestasi siswa dan BTQ.
Bab III mengulas tentang metode penelitian, yang
di dalamnya berisi sub bab sebagai berikut : metode pendekatan, spesifikasi
penelitian, teknik pengumpulan data, metode analisis data dan istrumen
penelitian.
Bab
IV pada skripsi ini berisi pokok pembahasan dan hasil penelitian, di antaranya
mengenai, prestasi belajar siswa kelas 1-A
DTA. Al-Inshof Kaduagung
Timur pada mata pelajaran BTQ, strategi
guru dalam proses belajar mengajar di kelas 1-A
DTA. Al-Inshof Kaduagung
Timur pada mata pelajaran BTQ, strategi
guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas 1-A DTA. Al-Inshof Kaduagung Timur pada mata pelajaran BTQ dan Hasil penelitian
serta temuan.
Bab
V pada skripsi ini berisi tenang kesimpulan, yang memuat tentang, hasil
penelitian dan saran-saran.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2002.
Anwar, Evaluasi Pembelajaran dan
Program Pendidikannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Arikunto, Suharsimi.
Manajemen Penelitian, Jakarta
: Rineka Cipta.
Azwar, 1990.
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara. 1991
Darajat,
Zakiyah,
et. al,
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Depag RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya,
Surabaya, Al-Hidayah, 2014.
Dimyati,
dan Mudjiono.
Belajar
Dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Djamarah,
Syaiful Bahri,
Dan Zain,
Aswan.
Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta
:Rineka Cipta,
2002.
Djamarah, Syaiful Bahri.
Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Gorys Keraf, Komposisi, Jakarta : Penerbit
Nusa Indah, 1994.
Hamza. Profesi Kependidikan.
Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007.
Hasibuan, JJ.
Proses
Belajar
Mengajar , Bandung : Remadja Roesda Karya, 2004.
Ibrahim, dan Saodih,
Nana. Perencanaan Pengajaran,
Jakarta,
Rineka Cipta,
1996.
Kasihani
Kasbolah, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdikbud 2010.
Keraf, Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores :NTT,
Nusa
Indah, 1997.
Koentjoroningrat. , Metode-Metode Penelitian Masyarkat,
Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama. (1997)
M
Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola,
2003.
Moeleong, Lexy J. , Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung :
Remaja Roesda Karya,
2009.
Moleong,
Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.,
2002.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2005.
Nasution,
Metodologi Research Penelitian Ilmia , Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan,
Jakarta, Fajar Interpratama. 2001
Pophan, W James,
dan
Baker, Eva L.Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta, Rineka Cipta.
2003.
Purwanto,
Ngalim, MP. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis,
Bandung,
Remaja Rosydakarya. 2002.
Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Remaja Rosdakarya,
2006.
Sagala,.
Syaiful.
Konsep Dan Makna Pembelajaran,
Bandung,
Alfabeta.
2002.
SJ, Drost, J. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan,
Jakarta, Gramedia Widia Sarana Indonesia. 2009
Soedarsono,
Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Dirjen
dikti BP3 GSD, 2001.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung, Sinar Baru Algensindo. 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2010.
Suharsimi
Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta,
1993.
Surakhmad, Winarto. Pengantar Interaksi
Belajar-Mengajar, Bandung, Tarsito. 2006.
Suyanto,
Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas :Bagian Ke Satu Pengenalan
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research)
,Yogyakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik,BP3GSDN, 1997.
Usman dan Asnawir, Basyiruddin,
Media
Pembelajaran,
Jakarta,
Intermasa. 2002.
Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional,
Bandung, Remadja Roesda
Karya.(2004)
UU RI No 20 Thn.2003 Tentang Sisdiknas Beserta Penjelasannya,
Bandung,
Cinta
Umbara.
Wahid Murni. Dkk, Evaluasi
Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik), Yogyakarta: Nuha Litera,
2010.
Wijaya.
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Indek , 2011.
Yusuf, Tayar,
Dan Aswar, Syaiful. Metodologi
Pengajaran Agama Dan Bahasa
Arab, Jakarta,
Raja Grafindo Persada. 1995.
Zaenal. Strategi
dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: Stain Pekalongan Press.
2013
Zuhairini,
et.al.
Metodologi
Pendidikan Agama, Solo, Ramadhani.1993.
[1] Anwar, Evaluasi
Pembelajaran dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 11.
[2] Wahid Murni. Dkk, Evaluasi
Pembelajaran (Kompetensi dan Praktik), (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h.
7
[3] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001), h.
31.
[4] Rochiati, Metode
Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.11
[5] Rochiati, Metode
Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.12
[6] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD, 2001),
h. 17
[7] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD,
2001), h. 17.
[8] Kasihani Kasbolah, Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Depdikbud 2010), h.17.
[9] Suyanto, Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas :Bagian Ke Satu Pengenalan Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research) ,Yogyakarta, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,BP3GSDN, 1997),
h. 5-6.
[10] Soedarsono, Pedoman
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen
dikti BP3 GSD, 2001), h. 14.
[11] Soedarsono, Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD,
2001), h. 5.
[12] Suyanto, Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas :Bagian Ke Satu Pengenalan Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research) ,Yogyakarta, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi,Depdiknas,Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,BP3GSDN, 1997),
h. 5-6
[13] Wijaya. Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas. (Jakarta: PT Indek , 2011), h. 25-36.
[14] Gorys Keraf, Komposisi
(Jakarta : Nusa Indah, 1994), h. 162. Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/bezoebefro/komposisi-karya-prof-dr-gorys-keraf_55004898a333112f755104fa
[15] Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h. 186
[17] Nasution, Metodologi
Research Penelitian Ilmia , (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.143. ;
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka
Cipta, 1993), h. 120.
[18] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung : Alfabeta, 2010),
h. 92
[19] Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h.320.
[20] Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h.175.
[21] Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya., 2002), h.178.