BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam yang
diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad saw. mengandung implikasi kependidikan
yang bertujuan untnk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dalam agama Islam
terkandung suatu potensi yang mengacu kepada kedua fenomena perkembangan yaitu
: ( Muzayyin , 2008 : 4)
Potensi psikologis dan pedagogis yang
mernpengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik dan
menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya. Potensi pengembangan kehidupan manusia
sebagai khulifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap
lingkungan sekitamya. Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiah, di mana
Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Untuk mengaktualisasikan
dan memfungsikan potensi tersebut di atas diperlukan ikhtiar kependidikan agama
yang sistematis berencana berdasarkan pendekatan dan wawasan yang
interdisipliner. Agama Islam yang
membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup manusia di
atas bumi, baru aktual dan fungsional bila diintemalisasikan ke dalam pribadi
melalui proses kependidikan yang konsisten, terarah kepada tujuan. Hal ini semua terkait dengan adanya
keseimbangan antara teori dan aplikasi, khusunya dibidang pengamalan ajaran
Islam.
|
Eksistensi pendidikan
Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah, maka ia akan dapat berfungsi
sebagai sarana manusia menuju hidup yang sesuai dengan syariat islam secara
efektif dan efisien. Proses kependidikan Islam yang telah mengacu dalam
masyarakat yang beraneka ragam kultur dan budaya. Selama itu pula jasa-jasanya
telah tampak mewamai sikap dan kepribadian manusia khususnya generasi penerus
Islam yang tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya. (Muzayyin , 2008 : 4)
Pendidikan Islam khususnya
mujtahid dalam mengamati dinamika masyarakat yang kurang sesuai dengan syariat
hukum Islam seringkali menggejalakan perubahan sosiokultural dalam proses
pertumbuhannya. mereka meneliti esensi dan implikasi-implikasi di belakang
perubahan itu dalam rangka menemukan sumber sebabnya. Dari sanalah pendidikan
Islam (Fiqh Sunah) mengadakan modifikasi-modifikasi terhadap strategi dan
taktik yang inovatif terhadap program pembelajarannya, sehingga lebih kondusif
terhadap aspirasi masyarakat.
Memasuki milenium ketiga
ini keadaan kaum Muslimin sangat memprihatinkan bahkan sangat menyedihkan.
Bagaimana tidak, kaum yang diberi predikat sebagai umat terbaik, yang pernah
menjadi pemimpin dan mercusuar peradaban dunia di masa lalu, namun kini kenyataannya
sedang mengalami sakit, yaitu jauh dari pengamalan syariat Islam yang nyata
(fiqh amaliyah) sehingga penyakit itu sangat kronis, penuh dengan krisis moral dan
problematika. ( Hilmi
Bakar, 1998 : 1)
Berkenaan dengan ini, apa yang dikemukakan
oleh Dr. Muktisin Abdul Hamid adalah gambaran yang tepat;
Disamping faktor-faktor kebodohan dan bias
padamnya pengetahuan tentang Islam yang membekukan pemikiran kaum Muslimin, peralihian
pemikiran itu ke arah pertentangan antara alam nyata dengan metafisis.
Sedangkan para pemimpin diktator mengeksploitasi setiap pribadi Muslim yang
bodoh dan memaksa para sarjana untuk memalsukan sejarah Musuh-musuh Islam
memperalat pemimpin tarekat khurafat, bersekongkol dengan orang- orang borjuis
yang berada di dalam wilayah umat Islam. Timbul pula faktor-faktor tampilnya
kaum orientalis yang penuh kebohongan, diiringi dengan gerakan kristenisasi
yang terencana, dan penyebaran konsepsi penjajah atas dunia Islam. Mereka
memompakan kebudayaan Barat modern dengan mendirikan pusat kebudayaan dengan
slogan kemanusiaan disertai tuduhan banyaknya pengangguran serta bujukan dan
tipu daya dengan kebebasan seks.
Hal ini terjadi
disebabkan perhatian para pendidik hanya tertumpu pada buku jauh dari teori-teori
baru yang lebih fleksibel ddan lebih mudah dipahami serta diamalkan oleh para
anak didik. Di sisi lain para ahli fiqh
sibuk memperdebatkan pamam mereka masing-masing, sehingga kering mengamalan
fiqh amali.
Keadaan sistem
pengetahuan Islam dewasa ini semakin kritis. Umat Islam dalam usaha
meningkatkan mutu akhlaq Islamnya semakin melemah. Pemikiran dan perencanaan
mereka hampir tidak berdaya dalam menghadapi lingkungan dan tuntutan baru.
Sedangkan kondisi pemikiran para aktivis seakan-akan lumpuh bila diluntut untuk
mengemukakan teori-teori baru yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Padahal semua itu memerlukan perencanaan, organisasi dan management tinggi.
Tampaknya umat Islam tengah kehilangan kemampuan mengoperasikan cita-cita
khusus dan umum gerakan temporernya. Apa lagi melaksanakan gerakan menyeluruh
untuk masa kini dan masa mendatang. Keadaan seperti ini merupakan kemerosotan
luar biasa jika dibandingkan dengan keteladanan agung Rasulullah yang setiap
detiknya selalu memiliki program mengamalan fiqh yang fleksibel dan terarah
yang sesuai dengan al-Qur’an. (Hilmi, 1998 :. 2)
Inilah
sebagian indikator rendahnya mutu pendidikan agama yang mengakibatkan mrosotnya
mutu pendidikan agama dan moral siswa. Yang terpenting adalah langkah konstruktif
mengantisipasi permasalahan tersebut dari semua pihak, baik para guru yang
terjun secara langsung di lapangan maupun para pengembang kebijakan, bahkan
para pengguna hasil pendidikan. Langkah tersebut dilakukan agar proses dan
hasil pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan masyarakat benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya,
berkenaan dari masalah tersebut di atas, orientasi pembelajaran agama kususnya
pembelajaran fiqh yang terdapat di berbagai lembaga pendidikan Islam harus
segera direformasi agar sesuai dengan tuntutan era globalisasi saat ini yang
penuh dengan para thagut. Dengan adanya
berbagai perubahan yang lebih baik di berbagai lembaga pendidikan Islam
diharapkan mampu melahirkan para generasi yang tampil dengan kemampuan yang
unggul sekaligus memiliki akhlaq dan mampu hidup dengan demensi al-Qur’an serta
mampu mengamalkan fiqh amaliyah. (Hasbi , 2007 : 22)
Diberbagai lembaga pendidikan Islam
khusunya sekolah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) masih banyak dijumpai
berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan pengangajaran kurikulum Islam khusunya
pelajaran fiqh teori dan fiqh praktek.
Hal ini dikuwatirkan akan melahirkan para alumni yang kurang memahami
pentingnya belajar fiqh teori dan praktek.
Disisi lain para siswa tatkala dirumah masing-masing kurang mendapatkan
perhatian dibidang pengamalan fiqh amaliyah.
Aspek lain yang mengkuwatirkan adalah keberadaan lingkungan yang jauh
dari nilai-nilai agamis. Sehingga
kekuwatiran krisis anak didik yang tidak sesuai dengan syariat Islam akan benar-benar terjadi.
Fiqh praktis sholat misalkan,
dikalangan masyarakat kurang mendapat pengarahan dari masing-masing keluarga,
sehingga masih banyak akan dijumpai dalam pengamalan fiqh praktis ( sholat) jauh dari nilai Islam yang sebenarnya.
Padahal dalam ajaran Islam sholat memiliki kedudukan paling tinggi, hal ini
tersirat dalam Al-Qur’an Surat
Al-Ankabut ayat 45 :
وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ ……….﴿٤٥﴾
Artinya :” …Dan dirikanlah sholat,
sesungguhnya shoalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar…”
Selanjutnya, Rosulallah SAW.
Bersabda :
رأس الأمر
الأسلام وعموده الصلاة ........
Artinya : “ Pokok urusan adalah Islam,
sedangkan tiangnya adalah sholat…” (Sabiq, 1997 : 191)
Pelaksanaan
ibadah sholat akan lebih utama jika dilaksanakan secara berjamaah, hal ini
pernah di sampaikan oleh Baginda Rosulullah SAW. :
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلَاةِ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بسَبعةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا
Artinya :”Sholat berjama’ah itu lebih
utama dari sholat sendirian (ia mendapatkan balasan) duapuluh tujuh derajat”. (Sabiq, 1997 : 102)
Berdasarkan
hal di atas, penulis ingin menganalisi lebih jauh seputar fiqh ibadah (sholat
bertamah). Adapaun tempat yang penulis
jadikan riset adalah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al-Inshof yang berlokasi di
Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Dalam
kesempatan ini penulis ingin mendiskripsikan atau memilih Diniyah Takmiliyah
Awwaliyah (DTA) Al-Inshof menjadi tempat penelitian dan kajian, dengan alasan :
1.
Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA) Al-Inshof bertempat di wilayah yang berdekatan dengan
perkotaan, sehingga rentan akan pergaulan bebas.
2.
Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA) Al-Inshof memiki
program-program pembelajaran yang tidak biasa dilaksanakan di sekolah Diniyah
Takmiliyah Awwaliyah (DTA) lain.
3.
Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA) Al-Inshof dipimpin oleh seorang pengamat pendidikan
praktis.
Hal
inilah di antaranya yang membuat penulis tertarik ingin lebih jauh mengkaji dan
meneliti keberadaan Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA) Al-Inshof yang berlokasi
di Jl. Ahmad Yani Desa kaduagung Timur Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak. Yang selanjutnya penulis tuangkan dalam sekripsi
yang berjudul “
“Implementasi
Pembelajaran Fiqh Dalam meningkatkan Motivasi Sholat Berjamaah Siswa Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Al-Inshof Cibadak Lebak”
B. Identifikasi Masalah
Dalam
penulisan skripsi ini setelah penulis mengadakan pengamatan dan
mengidentifikasikan beberapa masalah yang berkaitan dengan efektifitas
pengajaran fiqh, yaitu :
1.
Kurangnya motifasi dalam melaksanakan fiqh ibadah khusunya shalat
berjama’ah.
2.
Kurang mengimplementasi pembelajaran fiqh di DTA Al-Inshof
3.
Tidak adanya sistematika materi pelajaran di DTA Al-Inshof
4.
Kurang Kesadaran dalam praktek fiqh Ibadah di DTA Al-Inshof
5.
Kurangnya motifasi orang tua dalam melaksanakan ibadah di DTA
Al-Inshof
6.
Ketidak disiplinan dalam kegiatan qiroatul qutub di DTA Al-Inshof.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini
penulis membatasi permasalahan dengan memberikan batasan masalah agar
pembahasan tidak melebar dan supaya sesuai dengan pokok kajian. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah tinjauan
terhadap Implementasi Pembelajaran Fiqh dalam Meningkatkan Motivasi Sholat Berjamaah Siswa Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Al-Inshof Cibadak
Lebak.
D.
Perumusan
Masalah
Sebagaimana diuraikan dalam pembatasan masalah diatas
penulis dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang menjadi objek
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran fiqh di DTA
Al-Inshof ?
2. Bagaimana
motivasi sholat berjamaah siswa di DTA Al-Inshof ?
3.
Bagaimana motivasi pembelajaran fiqh dalam peningkatkan
motifasi sholat berjamaah siswa di DTA Al-Inshof ?
E.
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian yang penulis laksanakan ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran fiqh di DTA Al-Inshof
2.
Untuk mengetahui motivasi sholat berjamaah siswa di DTA
Al-Inshof
3.
Untuk mengetahui motivasi pembelajaran fiqh dalam meningkatkan motifasi
sholat berjamaah siswa di DTA Al-Inshof
Adapun
penelitian ini diharapkan setelah memahaminya dan melakukan olah data dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Secara Teoritis
a) Penelitian ini berguna untuk memenuhi
salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I) pada
fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di STAI La Tansa Mashiro.
b) Hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi pengetahuan tentang pengaruh pembelajaran fiqih terhadap motifasi
siswa dan bagi mahasiswa khususnya masyarakat pada umumnya, terutama bagi guru
Pendidikan Agama Islam.
c) Untuk menjadi masukan dan bahan
rujukan dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih dan memberikan motivasi siswa ke
depan.
2. Secara
Praktis
Menambah
pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan
dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan
pengembangan teknik–teknik yang baik khususnya dalam membuat karya tulis
ilmiah, juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar